![]() |
| Dok, foto; Rajab, Isra’ Mi’raj, dan Jalan Kesadaran Spiritual Umat. |
MSRI, SURABAYA - Bulan Rajab menempati posisi istimewa dalam kalender Hijriah. Ia termasuk salah satu dari empat bulan mulia (asyhurul hurum) yang dimuliakan Allah SWT, sekaligus menjadi saksi atas peristiwa agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, sebuah perjalanan spiritual yang melampaui batas ruang dan waktu, serta mengandung pesan mendalam bagi peradaban manusia.
Isra’ Mi’raj bukan sekadar kisah perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini merupakan titik penguatan risalah, di mana kewajiban shalat lima waktu ditetapkan sebagai pilar utama hubungan antara hamba dan Tuhannya.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.”
(QS. Al-Isra’: 1)
Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW bersabda:
“Shalat itu adalah mi’rajnya orang-orang beriman.”
(HR. Al-Baihaqi)
Makna hadis ini menegaskan bahwa Isra’ Mi’raj tidak berhenti sebagai peristiwa historis, melainkan berlanjut dalam kehidupan umat Islam melalui shalat—sebagai sarana penyucian jiwa, penguat akhlak, dan peneguh disiplin spiritual.
Pemimpin Redaksi Media Suara Rakyat Indonesia (MSRI), Slamet Pramono, yang akrab disapa Bram, menyampaikan bahwa bulan Rajab dan peristiwa Isra’ Mi’raj memiliki relevansi kuat dengan kehidupan sosial dan tanggung jawab moral masyarakat modern, termasuk insan pers.
“Isra’ Mi’raj mengajarkan bahwa kemajuan spiritual harus berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial. Shalat bukan hanya ibadah ritual, tetapi latihan kejujuran, kedisiplinan, dan integritas—nilai yang sangat relevan dalam dunia jurnalistik,” ujar Bram.
Menurutnya, di tengah derasnya arus informasi dan disrupsi digital, insan pers membutuhkan keteguhan nurani agar tidak terjebak pada sensasi, hoaks, maupun keberpihakan yang mengaburkan kebenaran.
“Rajab dan Isra’ Mi’raj adalah momentum refleksi. Bagi jurnalis, ini saat yang tepat untuk ‘naik’ secara moral—menyampaikan fakta dengan adab, mengkritik dengan etika, serta menjadikan kebenaran sebagai amanah, bukan alat,” tegasnya.
Lebih jauh, Bram menekankan bahwa nilai Isra’ Mi’raj sejatinya adalah perjalanan batin menuju kematangan sikap: dari reaktif menjadi bijaksana, dari sekadar cepat menjadi akurat, dan dari kepentingan sesaat menuju kemaslahatan publik.
Bulan Rajab, dengan cahaya Isra’ Mi’raj di dalamnya, hadir sebagai pengingat bahwa perubahan besar selalu berawal dari kesadaran spiritual. Dari sajadah menuju ruang sosial, dari doa menuju tindakan nyata.
Semoga peringatan Isra’ Mi’raj di bulan Rajab ini menjadi jalan untuk memperkuat iman, memperhalus akhlak, serta meneguhkan tanggung jawab moral dalam membangun masyarakat yang berkeadaban.
{Redaksi MSRI}
dibaca

Posting Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments