MSRI, GRESIK - Keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Ulum, berlokasi di Desa Hulaan Kecamatan Menganti, Padangan, Randupadangan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur memperingati Haul ke-13 Al Magfurlah Romo KH. Syahiduddin dan Ibu Nyai Hj. Masrihin. Sabtu,17 Mei 2025.
Suasana khidmat dan penuh berkah menyelimuti tempat acara. Tampak ratusan pengamal Shalawat Wahidiyah dari berbagai penjuru, orang tua santri dan warga sekitar tumpah ruah menghadiri peringatan Haul tersebut.
Tampak hadir tokoh-tokoh penting, para Ulama, Kyai, ustad, Kepala Desa Hulaan, Polsek Menganti, Danramil Menganti termasuk Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) setempat.
Rangkaian acara Haul diisi dengan lantunan doa, dzikir bersama, pembacaan tahlil, serta gema shalawat Wahidiyah.
Dalam sambutannya Dr. K. Muh Ulumuddin, M.A (Dai Wahidiyah Pusat) menuturkan, beliau Al Magfurlah Romo KH Syahiduddin dan Ibu Nyai Hj Masrihin adalah sosok seorang Ulama yang patut diteladani menjadi panutan kita semua.
"Beliau adalah sebagai Pendiri dan pengasuh Ponpes Miftahul Ulum pada sampai saat ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat dengan mendirikan Pesantren Miftahul Ulum," tutur beliau.
Senada dengan itu, Dr. Muhammad Qosim. M.Si (Mantan Wakil Bupati Gresik 2010-2021) juga menjelaskan, Al Magfurlah Romo KH Syahiduddin dan Ibu Nyai Hj Masrihin beliau wafat dengan meninggalkan Pesantren Miftahul Ulum yang sangat bermanfaat bagi kita semua untuk meninbah ilmu keagamaan.
Tempat yang baik pada saat ini, pada era digitalisasi dimana zaman modern bagi anak-anak kita untuk menimba ilmu agama maupun pendidikan umum yakni di Pesantren.
"Pendidikan anak di era digital memerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan masa lalu. Teknologi digital, meskipun menawarkan banyak potensi, juga menimbulkan tantangan yang perlu diatasi. Orang tua, guru, dan sekolah memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak untuk memanfaatkan teknologi secara positif dan aman, serta mengembangkan keterampilan yang relevan untuk masa depan," ujar Dr. Muhammad Qosim. M.Si.
Sekelumit kisah Pondok Pesantren Miftahul Ulum dan berdirinya :
Berdiri pada tahun 1967 M, didusun Tlogobedah Desa. Hulaan kec.Menganti Kab. Gresik, yang terletak 2 km dari kecamatan Menganti dan 10 km dari Kabupaten Gresik. Pendirinya Romo KH. Syahiduddin dan ibu Nyai Hj. Masrihin, sekaligus sebagai pengasuh Pondok Pesantren.
Beliau Romo KH. Syahiduddin berasal dari Dusun Wonokoyo kecamatan menganti putra dari seseorang petani kehidupannya sederhana, beliau awal menempuh ilmu mondok di Ngelom Sepanjang Sidoarjo, kemudian beliau pindah mondok ke Waung Nganjuk menempuh ilmu sampai beliau dijadikan mantu Romo KH. Ma’ruf, semenjak beliau mondok diberi oleh Alloh ilham yaitu hafal nadhom alfiyah ibnu aqil seribu nadhom juga kejadian yang luar biasa didahinya menyinar seperti matahari. Beliau mendalami banyak ilmu, baik ilmu aqidah, fiqih, tasawuf, dan lainya.
Pondok Pesantren Miftahul Ulum dikelola dengan sistem manajemen modern dimana program dan pelaksanaan kerja pesantren telah diatur dalam sebuah struktur kepengurusan, sistem pembagian kerja dan tata laksana anggaran kerja rumah tangga, meskipun Romo Kyai masih memegang peran penting, khususnya yang berkaitan dengan mengambil beberapa kebijakan dengan pogram pengelolaan dan pengembangan pesantren.
Diawali dengan sebuah bangunan mushola, pesantren yang tergabung dalam jaringan organisasi NU dan RMI telah terdaftar pada pemerintahan Kementerian Agama Kabupaten Gresik dan Dinas Pendidikan Kabuptean Gresik, ini berkembangan, baik dari segi fisik pesantren dengan dibangunnya beberapa asrama santri yang bersifat permanen, maupun perkembangan dalam jumlah santri yang belajar, tercatat jumlah santri hingga saat ini mencapai 390, 210 santri putra dan 180 santri putri, terdiri dari 105 santri mukim, 200 santri yang tidak mukim, dan 85 santri musiman yang kebanyakan berasal dari warga sekitar pesantren. Dengan latar belakang ekonomi orang tua 35 % petani, 25 % pedagan, 15 % pegawai , 25 % lainnya.
Dalam hal pendidikan, pesantren Miftahul Ulum menggunakan materi-materi salafiyah dan modern yang di susun berdasarkan orientasi dan tujuan program pendidikan pesantren dari Kementerian agama, baik yang dikembangkan melalui madrasah diniyah Takmiliyah tingkat ula, wustho, ulya dengan sistem pembelajaran model bandongan yang mengarah pada penguasaan kitab-kitab kuning, ataupun beberapa materi yang langsung diajarkan oleh Romo Kyai sistem pengajian bandongan.
Sedangkan kitab-kitab karya ulama salaf (klasik) seperti Irsyadul Ibad, Al Hikam, Kifayatul Atqiyar, Ihya Ulumuddin, Tafsir Jalalen, diajarkan juga beberapa kitab lain yang merujuk pada kurikulum lain dan dalam berbagai bidang kajian diantaranya : Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahab, Balaqhoh, Jurumiyah, Imrity, Alfiyah Ibnu Malik, Arbain Nawawi, Lubabul Hadits, Aqidatul Islamiyah, Jawahirul Kalamiyah, Aiyul Walad, Bidayatul al Hidayah dan beberapa kitab lainnya.
Seiring dengan dinamika yang terjadi dalam dunia pendidikan yang berupaya untuk lebih meningkatkan mutu lulusan, pesantren Miftahul Ulum juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, baik yang berkaitan dengan keagamaan sperti Qiro’ah, sholawat, khitobah, muhadloroh, maupun yang berkaitan dengan bidang-bidang ketrampilan ( menjahit, bertani, pertukaan, otomotif sepeda motor ) dan kecakapan hidup bermasyarakat, seni dan olah raga, sepert computer, pecak silat pagar nusa, seni sholawat al banjari.
![]() |
Foto bersama Alumni Santri Pondok Pesantren Miftahul Ulum, tahun 2000. |
Sisi lain pesantren Miftahul Ulum juga aktif dalam hal pengembangan bidang usaha serta perekonomian pesantren sebagai upaya untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan santri dan masyarakat sekitar, diantara lain dengan mengelola toko kitab, pembuatan tahu sehat dan koperasi pesantren.
Kemudian Beliau Romo KH. Syahiduddin wafat pada hari Jumat wage, 12 Oktober 2012, dan ibu yai Hj. Masrihin, wafat pada hari rabu, 10 Oktober 2012, kedua beliau wafatnya tenggang 2 hari, artinya hidup semati. Beliau meninggalkan 9 putra (Neng Munawaroh, Gus H. Mushlih, Gus Masrur, neng Masruriyah, Neng Musholiyah, Gus Mushonif, Neng Ma’rufah, Neng Mariyatul Mutmainah, Neng Mariyatul Qibtiyah).
Kemudian romo kyai meninggalkan wasiat yang isinya yaitu untuk pondok pesantren diserahkan kepada Gus Mushonif, untuk pendidikan diserahkan ke Gus H. Mushlih, dan Gus Masrur membantu keduanya yaitu pondok pesantren dan pendidikan.
Semoga Haul ke-13 Pendiri dan Pejuang Ponpes Miftahul Ulum Al Magfurlah Romo KH Syahiduddin dan Ibu Nyai Hj Masrihin, kita bisa mengenang jasa-jasa dan kontribusi beliau dalam membimbing umat dan meningkatkan keimanan serta menjadi kesempatan bagi kita untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan kesadaran spiritual.
{ Saiin }
dibaca
Posting Komentar