RSUD Dr. Iskak Tulungagung Mengingatkan Faskes di Kediri Raya tentang Bahaya Resistensi Antimikroba

RSUD Dr. Iskak Tulungagung Mengingatkan Faskes di Kediri Raya tentang Bahaya Resistensi Antimikroba
Dok, foto; RSUD Dr. Iskak Tulungagung Mengingatkan Faskes di Kediri Raya tentang Bahaya Resistensi Antimikroba. Sesi foto bersama selepas acara. Rabu (10/12/2025). Di ruang Auditorium Gedung IDIK lantai 2.

MSRI, TULUNGAGUNG - Penggunaan antibiotik berlebihan dan kurangnya menjaga kebersihan masih menjadi pemicu utama resistensi antimikroba. Ini adalah kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi kebal terhadap obat antimikroba.

Resistensi antimikroba telah menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan dunia. Berbagai dampak negatif yang merugikan, baik peningkatan morbiditas maupun mortalitas, akan mengakibatkan menurunnya mutu pelayanan kesehatan.

Untuk membangun kesadaran tersebut, Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) RSUD Dr. Iskak Tulungagung melakukan sosialisasi kepada fasilitas layanan kesehatan di eks-Karisidenan Kediri, Acara yang digelar di Ruang Auditorium Gedung IDIK lantai 2, Rabu (10/12/2025).

Plt. Direktur RSUD Dr. Iskak, dr. Zuhrotul Aini, Sp.A., M.Kes. mengatakan sosialisasi ini merupakan bentuk koordinasi lintas sektor dalam pencegahan resistensi anti mikroba.

RSUD Dr. Iskak Tulungagung Mengingatkan Faskes di Kediri Raya tentang Bahaya Resistensi Antimikroba

RSUD Dr. Iskak Tulungagung Mengingatkan Faskes di Kediri Raya tentang Bahaya Resistensi Antimikroba


"RSUD Dr. Iskak Tulungagung sangat konsen terhadap koordinasi lintas sektor, dari seluruh PKM yang ada di Kabupaten Tulungagung, rumah sakit sekitar, klinik dan rumah sakit dari Blitar, Kediri dan Trenggalek. Resistensi antimikroba dapat dicegah salah satunya dengan sosialisasi ini,” jelasnya, Plt, Direktur RSUD Dr Iskak, dr Zuhrotul Aini, saat memberikan keterangannya pada wartawan media suara rakyat indonesia (MSRI),Rabu (10/12/2025).

Ia menambahkan, Multiple Drug Resistant Organism (MDRO) tidak terjadi begitu saja. Beberapa faktor yang memicu adalah kurangnya kepatuhan prinsip pengendalian infeksi, serta kurangnya kesadaran pengendalian anti mikroba.

“Dokter, perawat, farmasi dan penunjang lainnya juga harus sejajar dan berjalan mengikuti pemberian SOP antibiotik dari profilaksis  sampai empiris dan terapis,” ujar, dr Aini.

Dalam sosialisasi ini, hadir Ketua Penatagunaan Antimikroba (PGA) PPRA RSUD Dr. Iskak, dr. Rendra Bramanthi, Sp. MK(K) serta Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Iskak, Apt. Binti Muzayyanah, M.Farm.Klin.

RSUD Dr. Iskak Mengingatkan Faskes di Kediri Raya tentang Bahaya Resistensi Antimikroba


“Menata penggunaan antibiotik yang rasional dan bijak di rumah sakit memerlukan tindakan kompleks. Pengendalian penggunaan antibiotik juga memerlukan aturan atau pedoman,  peran dan otoritas yang jelas,” jelasnya, dr. Rendra.

Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) merupakan program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat sinergi antar sektor dalam upaya pengendalian resistensi antimikroba.


Berdasarkan informasi yang dihimpun dari mediasuararakyatindonesia.id RSUD Dr. Iskak telah memiliki konsentrasi dalam pengendalian ressitensi antimikroba, yang diwujudkan melalui inovasi MARMER (Mencegah Antibiotik Resisten Melalui Efisiensi Restriksi). Sebuah program yang mengendalikan resistensi antimikroba untuk mencegah dan menurunkan adanya kejadian mikroba resisten," ujarnya.

Melalui sosialisasi ini, dr. Aini ingin menyamakan persepsi yang rasional dan bertanggungjawab, serta menguatkan koordinasi lintas sektor agar bisa berkontribusi menurunkan resistensi antimikroba," pungkasnya.

Reporter: Roni yuwantoko

{Kaperwil Jatim}

Baca Juga

dibaca

Post a Comment

Hi Please, Do not Spam in Comments

Lebih baru Lebih lama