![]() |
Dok, foto; 10 Tahun Mengukir Bahtera Rumah Tangga Harmonis: Anniversary Pernikahan Slamet Pramono dan Eka Fitria Agustina. Sabtu 11 Oktober 2025. |
MSRI, SURABAYA - Pernikahan suatu proses pengikatan janji suci antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Merupakan ibadah yang mulia dan Suci dan bentuk ibadah terpanjang dan dapat dijaga hingga maut memisahkan.
Konteks Pernikahan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan harmonis, berdasarkan ketuhanan dan hukum yang berlaku serta secara norma agama Islam, norma hukum, dan norma sosial.
Nikah suatu akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera.
Tepat pada hari ini Sabtu, tanggal 11 Oktober 2025 pernikahan Slamet Pramono dan Eka Fitria Agustina genap berusia 10 tahun (11/10/1995). Mereka berdua mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT menjaga keutuhan rumah tangga dan di karuniai seorang Putri cantik, Catharina Ajeng Putri Natasya berusia 9 tahun, sekolah dasar kelas 3 membawa kebahagiaan bagi keluarga.
Slamet Pramono yang sekarang mengeluti profesi Jurnalis dan sebagai pendiri serta pemilik Media Suara Rakyat Indonesia (MSRI) online dan cetak juga selaku Pemimpin Redaksi (Pemred), dalam hal ini mengutarakan bahwa sebelum menikah, banyak orang memilih berdasarkan rupa. Wajah yang menarik dan penampilan yang memikat sering kali menjadi daya tarik utama.
"Namun, setelah menikah, yang paling terasa adalah kasih sayang. Ketika kehidupan bersama dimulai, cinta sejati bukan lagi tentang fisik semata, tapi tentang bagaimana pasangan mampu mencintai, menerima, dan memahami satu sama lain," tutur Slamet Pramono selaku pendiri serta pemilik MSRI yang akrab disapa Bram.
Dalam Islam jelasnya, tujuan pernikahan bukan hanya untuk menyatukan dua insan, tetapi juga untuk membangun keluarga yang sakinah (tenang), mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (penuh kasih sayang) sebagaimana disebutkan dalam Surah Ar-Rum ayat 21.
Nilai-nilai ini menurutnya adalah pilar utama dalam membangun rumah tangga yang bahagia dan langgeng.
Namun terkadang, jelasnya, realitas kehidupan tidak selalu indah. Cinta yang awalnya membara bisa terkikis oleh ujian dan waktu. Jika tidak dirawat, rasa sayang bisa memudar. Oleh karena itu, cinta dalam pernikahan harus dipelihara, bukan dibiarkan mengalir begitu saja.
"Merawat cinta dalam rumah tangga ibarat menanam pohon. Saat baru ditanam, pohon tampak segar dan menjanjikan. Tapi jika tidak disiram dan dipupuk dengan perhatian serta pemahaman, pohon itu akan layu," jelasnya Bram.
Pupuk pernikahan menurutnya adalah saling memahami, saling memaafkan, dan saling mendukung. Tanpa itu, rumah tangga akan rapuh, meskipun awalnya dibangun di atas cinta yang besar.
Banyak rumah tangga hancur bukan karena tidak ada cinta, tapi karena cinta itu hanya didasari oleh fisik dan tidak dilandasi pemahaman dan tanggung jawab. Ketika fisik memudar atau masalah datang, hubungan pun ikut goyah.
"Oleh karena itu, pemahaman dan kesabaran adalah bahan bakar utama dalam merawat pernikahan," ujarnya Bram.
Tak hanya istri yang harus menjaga keharmonisan rumah tangga, suami juga memegang peran besar. Ia berkewajiban untuk menafkahi lahir dan batin istrinya. Nafkah bukan hanya soal materi, tapi juga mencakup usaha untuk membahagiakan hati dan menjaga kenyamanan emosional pasangan.
"Ketika suami mampu menjadi sumber ketenangan dan kebahagiaan bagi istrinya, maka cinta pun akan tumbuh semakin kuat," jelasnya.
Bram menegaskan bahwa pernikahan adalah perjalanan panjang. Bukan tentang siapa yang paling sempurna, tapi siapa yang paling sabar dan bersungguh-sungguh dalam menjaga cinta.
Jika dijalani dengan niat ibadah, saling memahami, dan komitmen untuk terus merawat cinta, maka pernikahan akan menjadi ladang pahala yang menuntun ke surga. @Red
dibaca
Posting Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments