MSRI, SURABAYA - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu peringatan penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag RI), peringatan Maulid Nabi tahun ini bertepatan 12 Rabiul Awal 1447 Hijriah. Dan salah satu tradisi keagamaan yang memiliki akar sejarah panjang, yang berkembang seiring dengan penyebaran Islam di Nusantara.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran Ayat 164
لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ١٦٤
Artinya: "Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur'an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
Surah Al Ahzab ayat 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١
Artinya: "Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah."
Pemimpin Redaksi (Pemred) Media Suara Rakyat Indonesia (MSRI) online dan cetak Slamet Pramono mengatakan, tradisi ini tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga telah berbaur dengan berbagai dimensi budaya asal dan sosial masyarakat Indonesia. Dalam perkembangannya, Maulid Nabi di Indonesia telah melampaui fungsi religius menjadi fenomena sosial-budaya yang sarat dengan simbolisme dan makna komunitas/jamaah," kata Pemred MSRI dengan sapaan akrab Bram.
Awal Tradisi Maulid di Indonesia: Dari Kerajaan ke Masyarakat
Penelusuran yang bisa al-faqir jangkau adalah bahwa ‘Penyelenggaraan Maulid Nabi di Indonesia’ diperkirakan mulai berlangsung pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, terutama setelah Islam mulai mengakar kuat di wilayah pesisir pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi.
Dalam konteks sosiologis, peringatan Maulid di masa awal Islamisasi ini menjadi salah satu sarana pengikat sosial yang kuat. Tradisi ini membantu mengukuhkan identitas keislaman masyarakat Jawa dan sekaligus mempererat hubungan antara rakyat dengan pemimpin spiritual mereka, yaitu raja yang dianggap sebagai representasi kekuasaan Islam dimasa itu.
Tradisi-tradisi ini menunjukkan bagaimana Maulid Nabi menjadi bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia, melibatkan unsur keagamaan sekaligus kearifan lokal.
Dinamisasi Penyebaran Maulid
Bram menuturkan, perkembangan Maulid Nabi di Indonesia tidak lepas dari peran para ulama, tarekat, dan kiai pesantren dalam menyebarluaskan tradisi ini ke lapisan masyarakat yang lebih luas. Di berbagai wilayah, terutama di Jawa dan Sumatra, para ulama dan tokoh agama menggunakan peringatan Maulid sebagai sarana dakwah dan pendidikan agama," tuturnya.
Salah satu karya literatur keagamaan yang banyak dibacakan dalam perayaan Maulid adalah Al-Barzanji, kitab yang berisi pujian dan kisah kelahiran serta perjalanan hidup Nabi Muhammad. Pembacaan Al-Barzanji menjadi bagian penting dalam perayaan Maulid di banyak tempat di Indonesia, terutama di masjid-masjid dan pesantren.
Dalam hal ini, Maulid Nabi memiliki fungsi sosial yang signifikan, tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai medium sosialisasi nilai-nilai keislaman, penguatan identitas kelompok, dan solidaritas sosial.
Peringatan Maulid menciptakan momen berkumpulnya masyarakat lintas kelas sosial, di mana semua terlibat dalam berbagai kegiatan bersama, dari zikir, shalawat, hingga makan bersama. Tradisi ini membantu menciptakan kohesi sosial yang kuat di kalangan umat Islam.
Penguat Harmoni Sosial
Lebih lanjut Bram menguraikan dari perspektif sosiologis, Maulid Nabi memiliki peran penting dalam mempererat jalinan sosial antar-umat. Tradisi ini membangun jembatan antara berbagai lapisan masyarakat melalui ritual bersama yang melibatkan partisipasi kolektif. Perayaan ini menghubungkan dimensi spiritual dengan budaya, serta menjadi momentum memperkuat ikatan sosial di tengah masyarakat yang beragam.
Tradisi Maulid juga memainkan peran sebagai sarana integrasi sosial, di mana masyarakat dari berbagai latar belakang ekonomi, budaya, dan politik berkumpul bersama untuk merayakan kecintaan kepada Rasulullah. Hal ini menciptakan harmoni sosial yang penting dalam konteks masyarakat plural seperti Indonesia.
Melalui perayaan Maulid, umat Islam Indonesia tidak hanya merayakan kelahiran Nabi Muhammad, tetapi juga membangun solidaritas sosial yang memperkuat jalinan kebersamaan.
{Saiin}
dibaca
Posting Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments