MSRI, SURABAYA - Hari ini, Kamis (19/6/2023), Pemimpin Redaksi BhirawaNews, Achmad Effendi, memasuki usia ke-47, Di tengah riuh rendah kontestasi narasi dan disrupsi ruang informasi, nama Effendi menjelma sebagai satu dari sedikit figur pers yang masih berdiri tegak menjaga kompas etik jurnalistik, tanpa condong pada tarikan kuasa maupun laba.
Di usianya yang ke-47, Effendi tidak sedang merayakan capaian pribadi. Ia tengah menapak fase matang dari pengabdian panjang dalam dunia pers—sebuah medan yang ia masuki bukan sebagai pengamat, melainkan sebagai pelaku penuh dedikasi yang merintis dari bawah, dan membangun kepercayaan publik dengan kerja sunyi yang terukur.
Lahir pada 19 Juni 1978, Achmad Effendi mengawali karier jurnalistik dari ruang-ruang sempit redaksi lokal. Ia menempuh jalan panjang sebagai peliput lapangan, merangkak di medan yang tidak ramah bagi integritas. Ketika banyak memilih kompromi sebagai jalan pintas, Effendi justru merapatkan barisan nilai: bahwa kebenaran, betapapun berisiko, tetap harus disampaikan.
Pada awal 2023, ia mendirikan BhirawaNews, media yang kemudian tumbuh menjadi salah satu simpul opini publik yang dihormati di Jawa Timur. Di bawah kepemimpinannya, BhirawaNews dikenal berani menelusuri celah anggaran, menguliti praktik korupsi terselubung, dan membedah sistem birokrasi yang kedap transparansi.
Beberapa laporannya tak hanya menjadi rujukan bagi lembaga pengawas dan aparat penegak hukum, tetapi juga ikut menggerakkan kebijakan. Namun bagi Effendi, pengaruh bukanlah tujuan. Yang ia kejar adalah akurasi, keberimbangan, dan kemanfaatan publik. Ia menolak menjadikan medianya sebagai kendaraan politik ataupun alat tukar kepentingan.
Dalam lingkungan media yang makin dipenuhi algoritma, monetisasi klik, dan distorsi etik, Effendi tetap berpegang pada satu hal, kredibilitas. Ia menolak tunduk pada tekanan sponsor, intervensi struktural, atau narasi titipan. Di ruang redaksi, ia dikenal tegas dan metodis, memastikan setiap laporan melewati verifikasi berlapis, agar tak sekadar layak terbit, tetapi juga layak dipercaya.
Ulang tahunnya yang ke-47 hari ini bukan sekadar penanda biologis. Ia adalah batu pijakan sejarah seorang jurnalis yang telah menulis bukan hanya berita, tetapi juga fondasi kepercayaan publik. Tidak ada perayaan formal. Yang berlangsung hanyalah rutinitas harian di meja redaksi: menyunting, mengarahkan, memoles, dan terus mengawal berita yang jernih.
Di tengah arus deras kompromi yang menggerus idealisme ruang redaksi, Achmad Effendi memilih diam yang lantang. Ia tak banyak bicara, tetapi jejak kerjanya menciptakan resonansi yang terdengar hingga ke ruang-ruang kebijakan.
Usia 47 tahun. Bukan akhir perjalanan, melainkan titik tengah seorang penjaga nilai yang tetap berdiri, saat banyak memilih duduk.
{ Redaksi }
dibaca
Posting Komentar